Mantan Pro Player Fnatic League of Legends, Shushei Meninggal Dunia

Duniaesports.com – Dunia esports, khususnya komunitas League of Legends (LoL), tengah diselimuti duka. Salah satu legenda awal kancah kompetitif game MOBA ternama ini, Maciej “Shushei” Ratuszniak, dikabarkan telah meninggal dunia pada usia 33 tahun. Kabar kepergian mantan pemain profesional asal Polandia tersebut dikonfirmasi oleh beberapa rekan dekat dan media lokal pada Minggu malam (26/05), dan langsung memicu gelombang ucapan belasungkawa dari para penggemar dan pemain di seluruh dunia.

Shushei dikenal sebagai salah satu ikon generasi pertama League of Legends, yang memperkenalkan gaya bermain inovatif dan membawa tim Fnatic meraih gelar juara dunia di ajang Season 1 World Championship pada tahun 2011 — saat LoL baru saja merintis sebagai esports global.

Kematian Shushei meninggalkan duka mendalam, tidak hanya karena kontribusinya pada sejarah awal LoL kompetitif, tetapi juga karena ia dianggap sebagai simbol era kejayaan awal esports Eropa, jauh sebelum panggung Worlds menjadi sebesar sekarang.

League of Legends, Shushei

Sosok Legendaris dari Masa Awal League of Legends

Maciej Ratuszniak, atau yang lebih dikenal dengan Shushei, lahir di Polandia pada tahun 1991. Ia mulai dikenal di komunitas gamer sejak awal 2010-an, ketika League of Legends mulai membangun popularitas sebagai salah satu game MOBA terbesar di dunia. Shushei adalah salah satu pemain yang bermain sejak fase beta, dan dengan cepat menunjukkan keterampilan luar biasa dalam memahami mekanisme permainan, khususnya sebagai solo laner.

 

Ia bergabung dengan Fnatic, organisasi esports asal Inggris, dan menjadi pilar penting tim LoL mereka. Shushei dikenal karena gaya bermain eksperimental dan penuh kreasi, seperti membawa champion unik ke jalur yang tak biasa. Salah satu penampilannya yang paling dikenang adalah saat ia memainkan Gragas top lane — strategi yang saat itu belum populer, tetapi kemudian menjadi meta.

 

“Dia adalah pelopor. Banyak dari strategi yang kini dianggap standar, dulunya dimulai dari ide-ide gilanya,” ujar xPeke, rekan satu timnya di Fnatic, dalam unggahan media sosial mengenang sang legenda.

 

Puncak Karier: Juara Dunia Season 1

Momen paling gemilang dalam karier Shushei adalah saat membawa Fnatic menjadi juara dunia pertama League of Legends di turnamen Season 1 World Championship yang digelar pada DreamHack Summer 2011, Swedia. Turnamen itu merupakan cikal bakal dari Worlds yang kini menjadi ajang paling bergengsi di scene LoL.

 

Dalam turnamen tersebut tampil sangat dominan. Kombinasi hero pool yang fleksibel, positioning yang brilian, serta sinergi kuat dengan tim membuat Fnatic tak terbendung. Mereka mengalahkan Against All Authority (aAa) di partai final dan membawa pulang hadiah utama sebesar $50.000 — angka yang besar pada masa itu.

 

“Tanpa Shushei, mungkin kami tidak akan menjuarai Season 1. Dia bukan hanya mekanikal, tapi pemimpin dari sisi emosional,” kata Cyanide, mantan jungler Fnatic.

 

Setelah Pensiun: Aktivitas dan Jeda dari Sorotan

Setelah masa keemasan di tahun 2011–2012, performa Shushei dan tim Fnatic mulai menurun, seiring perkembangan kompetisi yang semakin ketat dan profesional. Shushei sempat berpindah ke beberapa tim seperti Millenium dan Team Acer, tetapi tidak lagi mencapai prestasi besar seperti saat bersama Fnatic.

 

Ia kemudian memutuskan untuk pensiun dari kompetisi profesional, dan beralih menjadi streamer serta konten kreator di platform seperti Twitch dan YouTube. Namun, aktivitasnya pun perlahan memudar di tahun 2017–2018, dan sejak itu lebih banyak menjauh dari sorotan publik.

 

Meski demikian, ia tetap dikenang oleh komunitas sebagai legenda awal LoL. Namanya sering muncul dalam diskusi tentang “Hall of Fame” esports League of Legends. Bahkan Riot Games sempat memberi penghormatan dengan memasukkan akun Shushei sebagai easter egg dalam salah satu event di dalam game.

 

Kabar Duka dan Konfirmasi Kepergian

Kabar meninggalnya Shushei pertama kali muncul melalui forum komunitas LoL Polandia, kemudian dikonfirmasi oleh beberapa mantan pemain dan rekan dekatnya. Meski belum ada pernyataan resmi dari keluarga, banyak pihak sudah menyampaikan ucapan belasungkawa.

 

Beberapa tokoh penting di dunia esports ikut memberikan penghormatan:

 

  • Fnatic (@FNATIC): “Kami kehilangan salah satu anggota keluarga pertama kami. Terima kasih, Shushei, atas semua momen luar biasa. Warisanmu akan terus hidup di komunitas ini.”
  • Riot Games Europe: “Salah satu pionir terbesar dalam sejarah League of Legends telah tiada. Istirahat dengan damai, Shushei.”
  • xPeke: “Saya kehilangan seorang sahabat, mentor, dan legenda. Dunia esports tak akan sama tanpamu.”

 

Penyebab kematian Shushei belum dipublikasikan secara resmi. Beberapa laporan menyebutkan bahwa ia mengalami masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, namun belum ada klarifikasi lebih lanjut.

 

Duka dan Nostalgia Komunitas Global

 

Reaksi komunitas esports sangat emosional. Banyak penggemar yang menyampaikan duka cita dengan mengenang momen-momen ikonik Shushei dalam permainan. Klip-klip lawas dari Season 1 Worlds, strategi out-of-the-box miliknya, dan kutipan-kutipan penuh semangat mulai membanjiri media sosial seperti Reddit, Twitter, dan TikTok.

 

Hashtag #ThankYouShushei dan #RestInPeaceShushei menjadi trending di Twitter gaming global hanya beberapa jam setelah berita duka tersebar. Banyak yang menyebut Shushei sebagai inspirasi pertama mereka mengenal esports profesional.

 

“Dia yang membuat saya jatuh cinta pada League of Legends. Dia adalah alasan saya beli Gragas dulu,” tulis salah satu pengguna Reddit.

 

Shushei dan Warisan yang Abadi

 

Walau karier profesional Shushei terbilang singkat, dampaknya terhadap dunia League of Legends tidak terbantahkan. Ia adalah pelopor dari gaya bermain kreatif yang kini menjadi ciri khas banyak tim profesional. Di eranya, ketika esports belum diatur dengan sistem liga yang rapi dan kontrak bernilai jutaan dolar, Shushei sudah memperlihatkan bahwa dedikasi dan kecintaan pada permainan bisa membawa seseorang ke panggung dunia.

 

Tak hanya itu, ia juga membuka jalan bagi pemain Eropa untuk bersaing secara global. Dalam sejarah awal LoL, dominasi Amerika dan Asia sangat kuat, tetapi kehadiran Fnatic dan Shushei membuktikan bahwa Eropa juga punya kualitas.

 

“Shushei bukan hanya pemain hebat, tapi juga pionir. Dia adalah bagian dari generasi yang membentuk fondasi League of Legends,” kata Trevor “Quickshot” Henry, caster veteran LoL.

Baca Juga :

Selamat Jalan, Sang Pelopor

Kepergian Maciej “Shushei” Ratuszniak adalah kehilangan besar bagi komunitas League of Legends dan dunia esports secara umum. Namun, warisan yang ia tinggalkan akan terus hidup — tidak hanya dalam statistik dan trofi, tetapi dalam kenangan jutaan pemain yang tumbuh bersama gaya bermainnya.

 

Ia adalah bukti bahwa dalam dunia yang masih muda seperti esports, seorang individu bisa menjadi legenda bukan hanya karena kemenangan, tapi karena semangat, inovasi, dan ketulusan terhadap game yang dicintai.

 

Selamat jalan, Shushei. Mutiara pertama dari era awal League of Legends. Nama dan permainanmu akan selalu dikenang.

 

Dinda Putri

Dinda Putri adalah seorang psikolog klinis dengan dedikasi tinggi dalam membantu individu untuk mencapai kesejahteraan mental. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Psikologi di Universitas Indonesia, Dinda melanjutkan studi S2 di Universitas Padjadjaran. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan komitmen terhadap kesejahteraan mental, Dinda telah memberikan kontribusi signifikan di bidang psikologi klinis di Indonesia.