IOC Akhiri Kerja Sama dengan Arab Saudi dalam Esports
duniaesports – Langkah mengejutkan datang dari dunia esports internasional. International Olympic Committee (IOC) mengumumkan penghentian kerja sama jangka panjang dengan Arab Saudi dalam pengembangan ekosistem esports global.
Padahal, kedua pihak sebelumnya telah menandatangani perjanjian 12 tahun yang seharusnya berjalan hingga 2037.
Namun, pada akhir Oktober 2025, IOC dan pihak Saudi sepakat menghentikan kolaborasi tersebut lebih awal.
Keputusan ini langsung mengguncang industri esports. Selama dua tahun terakhir, Arab Saudi dikenal sebagai investor besar yang mendorong lahirnya turnamen dan infrastruktur esports skala dunia.
Kini, berakhirnya kemitraan ini menandai perubahan arah strategis dalam dunia kompetisi digital.
Awal Mula Kemitraan Besar IOC dan Arab Saudi
Kerja sama IOC dengan Saudi Esports Federation (SEF) dimulai pada tahun 2023.
Tujuannya ambisius: membangun pondasi untuk Olimpiade Esports Games dan memperkuat peran Arab Saudi sebagai pusat olahraga digital dunia.
Negara tersebut memang agresif mengembangkan sektor non-migas lewat Visi 2030, dan esports menjadi salah satu fokus utama.
Saudi menyiapkan investasi lebih dari US$1,5 miliar untuk infrastruktur, pelatihan atlet, dan promosi global.
Sementara IOC berharap kemitraan itu mempercepat proses integrasi esports dalam ekosistem Olimpiade.
Keduanya terlihat sejalan di awal, namun dalam dua tahun berjalan, perbedaan visi mulai muncul.
Alasan Utama Penghentian Kerja Sama
Laporan resmi Reuters menyebutkan, perbedaan strategi dan tata kelola menjadi penyebab utama.
Beberapa sumber dari IOC menyebutkan tiga faktor dominan di balik keputusan tersebut:
-
Kontrol Operasional yang Tidak Seimbang
IOC ingin menjaga model yang terbuka dan netral. Namun, pihak Saudi menuntut kendali penuh terhadap penyelenggaraan event, terutama dalam aspek komersial dan promosi. -
Isu Etika dan Reputasi Global
Beberapa anggota IOC menganggap kerja sama jangka panjang dengan satu negara terlalu berisiko. Isu hak asasi manusia di Arab Saudi juga memicu perdebatan internal di Lausanne. -
Keterbatasan Transparansi Finansial
IOC menuntut laporan dana yang lebih detail, sedangkan regulasi lokal Saudi membatasi akses terhadap data keuangan milik negara.
Setelah serangkaian pertemuan, IOC memutuskan untuk mundur.
Dalam pernyataan resminya, lembaga itu menegaskan komitmennya terhadap “pengembangan esports global yang inklusif dan berintegritas tinggi.”
Dampak Langsung bagi Dunia Esports
Berakhirnya kemitraan tersebut menimbulkan efek domino di berbagai sektor esports.
Arab Saudi sebelumnya telah menanam investasi besar di Riot Games, ESL Gaming, dan SNK.
Kini, arah pendanaan global kemungkinan akan bergeser ke kawasan lain, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara.
1. Asia Menjadi Pusat Pertumbuhan Baru
Wilayah seperti Korea Selatan, Jepang, dan Indonesia mulai dilirik sebagai pasar potensial.
Ekosistem di kawasan ini tumbuh cepat, memiliki basis pemain besar, serta dukungan komunitas yang kuat.
2. Munculnya Organisasi Independen
Tanpa dominasi satu negara, IOC berencana menggandeng organisasi seperti Asian Electronic Sports Federation (AESF) dan Global Esports Federation (GEF).
Model kolaborasi multinasional ini dinilai lebih sehat dan fleksibel.
3. Perubahan Arah Investasi
Banyak sponsor global kini mencari pasar yang stabil dan bebas tekanan politik.
Kawasan Asia Tenggara berpotensi menjadi fokus utama ekspansi industri esports dalam lima tahun ke depan.
Reaksi Dunia Esports
Keputusan IOC menuai tanggapan luas.
Banyak analis dan pelaku industri menilai langkah ini sebagai bentuk keberanian mempertahankan etika.
Chris Overholt, CEO Global Esports Federation, menyebut keputusan itu sebagai “peluang untuk membangun sistem yang lebih transparan.”
Sementara itu, Saudi Esports Federation menegaskan tetap melanjutkan visi domestik.
Mereka berencana menggelar turnamen berskala nasional dan memperluas jaringan di luar kerangka IOC.
Reaksi publik pun beragam. Sebagian mendukung langkah IOC karena dianggap menjaga netralitas olahraga.
Namun, ada juga yang khawatir langkah ini memperlambat upaya menjadikan esports sebagai bagian dari Olimpiade resmi.
Analisis: Titik Balik Bagi Industri Esports
Langkah IOC bukan sekadar keputusan administratif, tetapi refleksi dari perubahan besar dalam struktur industri.
Selama beberapa tahun terakhir, Arab Saudi bergerak cepat mengakuisisi studio game, membangun turnamen, dan menarik sponsor besar.
Pendekatan itu memang mempercepat pertumbuhan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan sentralisasi kekuasaan.
Kini, dengan keputusan IOC, dunia esports berpeluang tumbuh secara lebih terbuka dan independen.
Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berada di posisi strategis untuk mengambil momentum ini.
Negara-negara di kawasan ini memiliki talenta kuat, koneksi internet masif, dan demografi muda — kombinasi sempurna untuk mengembangkan industri game kompetitif.
Pemerintah dan organisasi esports lokal bisa mengambil pelajaran penting:
-
Transparansi dan tata kelola yang baik lebih berharga daripada sekadar modal besar.
-
Investasi harus sejalan dengan nilai-nilai inklusivitas dan etika kompetisi.
-
Kolaborasi lintas negara lebih berkelanjutan dibanding dominasi satu pihak.
Peluang untuk Indonesia dan Asia Tenggara
Bagi Indonesia, keputusan ini membuka ruang besar.
Sebagai salah satu pasar esports terbesar di dunia, Indonesia memiliki jutaan pemain aktif dan komunitas kompetitif yang solid.
Dengan penguatan ekosistem lokal, Indonesia bisa menjadi tuan rumah turnamen regional atau bahkan hub pelatihan esports Asia.
Selain itu, kolaborasi antar-negara ASEAN dapat memperkuat posisi kawasan sebagai pusat esports dunia.
Model kerja sama terbuka seperti yang diusulkan IOC sangat cocok dengan karakteristik Asia Tenggara yang beragam dan dinamis.
Kesimpulan
Penghentian kerja sama antara IOC dan Arab Saudi menandai babak baru dalam sejarah esports global.
Keputusan ini menggeser dinamika kekuatan dan membuka peluang bagi negara lain untuk tampil di panggung utama.
Lebih dari sekadar akhir kemitraan, langkah IOC menegaskan bahwa integritas, etika, dan transparansi harus menjadi fondasi industri esports masa depan.
Kini, dunia esports bergerak menuju fase yang lebih demokratis — di mana kolaborasi menggantikan dominasi, dan kompetisi lahir dari kesetaraan, bukan kekuasaan.
