Gen.G Kalahkan T1, Lolos ke Grand Final MSI 2025
Panggung Mid-Season Invitational (MSI) 2025 akhirnya menyuguhkan salah satu duel paling memukau dalam sejarah turnamen internasional League of Legends. Pertarungan Upper Bracket Final antara dua raksasa Korea, Gen.G dan T1, berlangsung sengit hingga lima game penuh, menghadirkan drama, strategi brilian, dan momen-momen yang membuat penonton menahan napas.
Setelah pertarungan lebih dari lima jam, Gen.G berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 3–2, sekaligus mengamankan tiket pertama ke Grand Final MSI 2025. Kemenangan ini tidak hanya menjadi bukti kekuatan roster Gen.G musim ini, tetapi juga mempertegas rivalitas legendaris mereka dengan T1 – duniaesports

Awal yang Tegang: Dua Rival Abadi Bertemu Lagi
Pertemuan Gen.G dan T1 di panggung internasional selalu menjadi tontonan utama. Sejak LCK Spring 2023, kedua tim telah bertemu berkali-kali di partai puncak, dengan hasil yang kerap saling bertukar. Tahun ini, tensi semakin tinggi karena keduanya datang dengan performa puncak.
Gen.G tampil konsisten di fase grup MSI 2025, mendominasi lawan-lawannya dengan permainan objektif yang rapih dan koordinasi teamfight luar biasa.
T1, yang datang sebagai runner-up LCK Spring 2025, menunjukkan adaptasi cepat di turnamen internasional ini. Gumayusi dan Faker terlihat dalam bentuk terbaiknya, didukung oleh Oner dan Keria yang mampu membuka peluang di semua fase permainan.
Dengan latar belakang ini, duel best-of-five antara keduanya diprediksi akan ketat. Namun tidak ada yang menyangka akan menjadi saga lima game penuh yang menguras emosi.
-
Game 1 – Gen.G Ambil Kendali Awal
Draft pembuka memperlihatkan pendekatan hati-hati dari kedua tim. Gen.G mengamankan Corki untuk Chovy dan Aphelios untuk Peyz, sementara T1 mengandalkan kombo inisiasi cepat Nautilus–Hecarim serta midlane agresif Azir untuk Faker.
Awal game berjalan seimbang, namun Gen.G mulai memanfaatkan keunggulan lane control di mid dan bot untuk mengamankan Dragon stack. Kunci kemenangan datang di menit ke-24, saat Gen.G berhasil mengeksekusi Baron bait yang memancing T1 masuk ke area sempit. Ultimasi Chovy dengan Package dari Corki menghancurkan formasi T1, dan Gen.G langsung mendorong midlane hingga Nexus lawan tumbang.
Skor: Gen.G 1 – 0 T1
MVP Game: Chovy (Corki) – 6/0/5, 37% damage share.
-
Game 2 – T1 Balas dengan Tempo Cepat
Tak mau kalah start, T1 melakukan penyesuaian besar di draft kedua. Gumayusi mendapat Kalista, yang dipasangkan dengan Keria di Renata Glasc untuk menekan lane bawah sejak awal. Faker memilih Sylas untuk fleksibilitas playmaking.
Strategi T1 jelas: percepat tempo, tekan sisi bawah peta, dan ambil kontrol objektif sebelum Gen.G sempat mengatur scaling. Rencana ini berjalan mulus. Oner dengan Lee Sin berhasil tiga kali gank botlane sebelum menit ke-10, memaksa Peyz tertinggal dua item di belakang Gumayusi.
Di menit ke-21, T1 mengamankan Baron Nashor dan langsung memecah base Gen.G di tiga jalur. Game berakhir di menit ke-25 dengan dominasi penuh.
Skor: Gen.G 1 – 1 T1
MVP Game: Gumayusi (Kalista) – 9/1/4, early game pressure luar biasa.
-
Game 3 – Duel Makro yang Menguras Pikiran
Game ketiga menjadi salah satu laga paling taktis di seri ini. Kedua tim saling bertukar objektif sejak awal: Gen.G mengambil Dragon, T1 mengamankan Rift Herald. Draft kali ini menghadirkan duel scaling hypercarry: Peyz dengan Jinx, Gumayusi dengan Zeri.
Permainan berjalan seimbang hingga midgame, dengan kedua tim menjaga jarak kill di bawah tiga. Namun Gen.G menunjukkan keunggulan makro mereka. Di menit ke-28, Peanut berhasil mencuri Baron dari tangan T1, mengubah momentum secara drastis.
Dengan Baron buff tersebut, Gen.G memaksa T1 bertahan di base selama lima menit penuh. Satu kesalahan positioning dari Faker saat mencoba flank membuat Gen.G mendapatkan ace, mengamankan match point.
Skor: Gen.G 2 – 1 T1
MVP Game: Peanut (Sejuani) – Baron steal krusial, kontrol teamfight solid.
-
Game 4 – Kebangkitan Mental Juara T1
Dalam posisi terjepit, T1 membuktikan mengapa mereka dikenal sebagai tim dengan mental juara. Draft agresif kembali muncul, dengan Faker mengambil Ahri, Gumayusi di Lucian, dan Keria menggunakan Nami klasik mereka.
Sejak awal, T1 bermain seperti tanpa beban. Roaming cepat dari Faker berhasil menciptakan dua kill awal di sidelane. Gumayusi dan Keria memenangkan duel botlane, membuat Lucian-Nami snowball.
Gen.G mencoba bertahan dengan waveclear Chovy menggunakan Viktor, namun kecepatan eksekusi T1 terlalu sulit dibendung. Baron di menit ke-22 menjadi titik balik mutlak. Dua menit kemudian, T1 menutup game, memaksa seri menuju game penentuan.
Skor: Gen.G 2 – 2 T1
MVP Game: Faker (Ahri) – roaming impact tinggi, membuka peta untuk T1.
-
Game 5 – Chovy & Peyz Bawa Gen.G ke Grand Final
Game penentuan ini menyuguhkan atmosfer mencekam. Draft penuh perhitungan: Gen.G mengamankan Orianna untuk Chovy, Xayah untuk Peyz, sementara Peanut kembali di jungler tank (Rell), memprioritaskan teamfight control. T1 memilih Gumayusi di Kai’Sa dan Faker di Twisted Fate untuk memberikan tekanan peta global.
Awal game relatif tenang hingga menit ke-12, saat Herald fight pertama pecah. Chovy dengan Shockwave Orianna menggagalkan inisiasi T1, membuat Gen.G dua kill gratis. Keunggulan kecil ini perlahan melebar karena kontrol objektif yang disiplin.
Momen krusial datang di menit ke-30. T1 mencoba Baron sneak, namun Gen.G membaca gerakan tersebut. Peanut masuk tepat waktu dengan Magnet Storm, diikuti Shockwave Chovy yang mengenai empat pemain T1. Peyz, yang sudah mencapai full build, membersihkan fight dengan triple kill.
Gen.G langsung mendorong ke base dan mengakhiri pertandingan. Penonton bersorak, Chovy tersenyum lega, dan Peyz terlihat hampir menangis di kursi gaming-nya.
- Skor Akhir: Gen.G 3 – 2 T1
- MVP Seri: Chovy – konsistensi tinggi di semua game, kontribusi krusial di fight penentuan.
Analisis Kemenangan Gen.G
-
Makro dan Objektif
Gen.G konsisten memenangkan pertarungan di sekitar Dragon dan Baron, bahkan saat tertinggal kill. Disiplin mereka untuk tidak memaksa fight buruk menjadi faktor kunci.
-
Chovy & Peyz: Duo Penentu
Chovy menjadi pusat permainan midlane, sementara Peyz membuktikan kematangan di umur yang masih muda. Kombinasi scaling dan positioning mereka mematikan.
-
Adaptasi Draft
Pelatih Score berhasil membaca pola agresi T1 dan menyesuaikan komposisi untuk mengimbangi early pressure sekaligus mempersiapkan late game scaling.
-
Suara dari Pemain
-
Chovy (Mid, Gen.G):
“Kami tahu T1 akan bermain agresif di early, jadi fokus kami adalah bertahan dan menunggu momen. Game 5 adalah tentang siapa yang lebih sabar, dan saya rasa kami menang di situ.”
-
Peyz (ADC, Gen.G):
“Saya tidak peduli statistik pribadi. Yang penting tim menang. Tapi jujur, triple kill di akhir game itu rasanya luar biasa.”
-
Faker (Mid, T1):
“Kami membuat beberapa kesalahan kecil yang mahal di game terakhir. Tapi perjalanan belum selesai. Kami akan berjuang di lower bracket.”
Implikasi ke Grand Final
Kemenangan ini menempatkan Gen.G di kursi empuk Grand Final, memberi mereka waktu istirahat dan persiapan ekstra. Sementara itu, T1 harus turun ke lower bracket untuk melawan pemenang laga antara Bilibili Gaming dan G2 Esports.
Bila T1 mampu menang di lower bracket, dunia akan berpotensi menyaksikan rematch final Korea di panggung internasional – sesuatu yang pasti akan menjadi laga penutup MSI 2025 yang bersejarah.
Pertarungan Gen.G vs T1 di MSI 2025 akan dikenang sebagai salah satu best-of-five paling dramatis dalam sejarah kompetitif League of Legends. Dua tim terbaik Korea menampilkan permainan di level tertinggi, dari strategi makro yang brilian hingga mekanik individu yang memukau.
Pada akhirnya, Gen.G yang lebih konsisten dan sabar mampu keluar sebagai pemenang. Namun cerita belum selesai, karena T1 masih memiliki kesempatan untuk bangkit dan mungkin menghadapi rivalnya sekali lagi di panggung terbesar.
Satu hal yang pasti: MSI 2025 telah menegaskan bahwa rivalitas Gen.G dan T1 adalah bahan bakar utama e-sports modern—dan para penggemar di seluruh dunia tidak sabar menunggu babak berikutnya.
