G2 Melaju ke Grand Final Usai Tundukkan EDG di Masters Bangkok

duniaesports.com – Turnamen Valorant Masters Bangkok 2025 menghadirkan pertarungan kelas dunia yang mengguncang skena kompetitif internasional. Salah satu laga paling mencolok terjadi di babak semifinal, di mana tim asal Eropa G2 Esports berhasil mengalahkan raksasa Tiongkok EDward Gaming (EDG) dalam laga dramatis penuh intensitas.

Kemenangan ini bukan hanya membawa G2 melaju ke grand final, tetapi juga menegaskan bahwa mereka adalah tim paling siap secara mental dan taktik di ajang Masters kali ini. Lewat permainan solid, penguasaan map luar biasa, dan clutch moment yang menegangkan, G2 sukses memutus laju EDG dan memastikan tempat mereka di partai puncak.

Yuk kita bedah lebih lengkap bagaimana jalannya pertandingan, faktor kunci kemenangan G2, peran para pemain bintang, dan apa yang bisa kita harapkan di final nanti.

Duel Dua Gaya Bermain: Eropa vs Asia Timur

Pertandingan antara G2 dan EDG menjadi benturan dua gaya bermain yang sangat berbeda:

EDG, tim asal Tiongkok, dikenal dengan permainan agresif dan kompak. Mereka seringkali memanfaatkan kekacauan (chaos play) untuk menciptakan keunggulan, dengan mekanik individu yang sangat tinggi.

G2 Esports, sebagai wakil Eropa, tampil lebih strategis, mengandalkan map control, set play, dan disiplin rotasi. Mereka lebih tenang, penuh kalkulasi, dan tidak mudah terpancing emosi.

Duel ini pun menyajikan kontras taktik yang menarik, di mana G2 berupaya mengendalikan tempo, sementara EDG mencoba memaksakan gaya cepat dan destruktif mereka.

Skor Akhir: 2-1 untuk G2 Esports

G2 menang dengan skor 2-1 dalam format best-of-three (BO3). Berikut rekap singkat map dan hasilnya:

  • Map 1: Ascent – EDG menang 13-10

EDG memulai dengan percaya diri, menunjukkan kontrol mid dan B site yang sangat kuat. Smoggy tampil menonjol dengan entry kill krusial.

  • Map 2: Bind – G2 membalas 13-7

G2 menemukan ritme mereka. Dengan komposisi agent yang fleksibel, mereka mengurung EDG di sisi attacker. Mementor dan Wippie bermain sangat efektif.

  • Map 3: Lotus – G2 menang 13-11

Pertarungan super ketat. Kejar-kejaran skor terjadi sepanjang pertandingan. Namun dua clutch beruntun dari OXY di ronde krusial membuat G2 keluar sebagai pemenang.

Kemenangan ini menegaskan ketangguhan mental G2, terutama di map penentuan di mana tekanan sangat tinggi.

Pemain Kunci: OXY & Wippie Bersinar Terang

  • OXY – Sang MVP

Pemain muda asal Amerika ini menjadi bintang paling terang di laga semifinal. Dengan permainan Jett dan Raze, OXY mencatat:

  1. 54 kill dalam 3 map
  2. ACS tertinggi sepanjang match
  3. 2 clutch 1v2 di map Lotus

OXY tak hanya tajam secara aim, tapi juga sangat tenang dalam situasi genting. Ia menjadi faktor pembeda yang sulit dimatikan oleh EDG.

“Saya tidak peduli siapa lawan saya. Yang penting saya tahu posisi tim dan peran saya,” kata OXY seusai pertandingan.

  • Wippie – Si Otak Dingin

Sebagai anchor site dan support, Wippie tampil konsisten di sisi defender. Ia berhasil mematahkan banyak entry push EDG dan menjadi pilar bertahan G2. Meskipun tak mencolok secara statistik, keberadaannya sangat vital dalam mengatur timing rotasi dan call in-game.

Turnamen Valorant Masters Bangkok 2025

Baca Juga:

Game Battle Royale ‘Sonic Rumble’ Tunda Perilisan hingga Musim Semi 2025

Watt Resmi Jadi Pelatih Dewa United Esports: Target Besar di MPL ID S15

Kunci Kemenangan G2: Disiplin dan Adaptasi

Beberapa faktor kunci yang membuat G2 bisa menundukkan EDG:

  • Adaptasi Cepat

G2 menunjukkan fleksibilitas tinggi dalam membaca taktik EDG. Setelah kalah di Ascent, mereka langsung mengubah pola push & hold di map kedua.

  • Utilisasi Utility

G2 menggunakan flash, smoke, dan molly secara sangat efisien. Mereka tak pernah membuang skill sia-sia, dan selalu membuat EDG kesulitan saat masuk site.

  • Mentalitas dalam Ronde Akhir

Di map Lotus, ketika skor imbang 11-11, G2 tetap tenang. Mereka memainkan tempo lambat, tidak terpancing oleh early aggression EDG, dan memenangi duel penting dengan positioning yang matang.

EDG: Tumbang, Tapi Tetap Kuat

Meski kalah, EDward Gaming tetap menunjukkan kelas mereka sebagai tim top Asia. Mereka unggul secara mekanik di early round dan masih mampu mengimbangi G2 dalam banyak duel.

Pemain seperti Haodong dan CHICHOO tampil apik, tapi sayangnya mereka sedikit kehilangan momentum di map kedua dan ketiga. Beberapa call terburu-buru, serta kesalahan minor dalam rotasi membuat EDG kehilangan kontrol yang mereka miliki di Ascent.

“Kami akan evaluasi. Kami masih punya jalan panjang di musim ini,” kata pelatih EDG dalam konferensi pers.

Tiket ke Grand Final: Ujian Terakhir untuk G2

Dengan kemenangan ini, G2 Esports melangkah ke grand final Valorant Masters Bangkok 2025, menunggu lawan dari bracket lainnya — yang berpotensi antara Paper Rex, Sentinels, atau Gen.G.

Final ini menjadi kesempatan emas bagi G2 untuk meraih gelar besar dan mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu tim terbaik dunia saat ini. Sejak rebranding roster dan peningkatan performa di VCT 2025, G2 memang jadi kekuatan baru yang sangat serius.

Reaksi Komunitas dan Media: G2 Layak Difavoritkan

Kemenangan G2 disambut antusias oleh komunitas Valorant global. Tagar #G2WIN dan #OXYclutch menjadi trending di X (Twitter), dengan banyak pujian diarahkan pada kemampuan adaptasi tim.

Beberapa komentar menarik:

“Ini G2 yang berbeda dari tahun lalu. Lebih sabar, lebih pintar, dan lebih fokus.”

“OXY = Rookie of the Year tanpa debat.”

“EDG kuat, tapi G2 lebih matang di fase akhir.”

Media seperti Dexerto dan Dot Esports juga menyoroti dominasi G2 di map kedua dan bagaimana mereka berhasil membalikkan momentum setelah tertinggal.

Apa yang Bisa Diharapkan di Final?

G2 akan menghadapi lawan yang tidak kalah tangguh di partai puncak. Tapi dengan performa yang mereka tunjukkan melawan EDG, publik yakin:

  1. Mereka punya map pool yang solid
  2. Mereka bisa bermain cepat maupun lambat
  3. Mereka sudah siap secara taktik dan mental

Tantangannya adalah menjaga konsistensi dan tidak terbebani status “unggulan”. Lawan mereka di final kemungkinan besar akan datang dengan strategi baru, dan G2 harus siap menjawabnya.

G2: Dari Underdog ke Calon Juara Dunia

Musim ini, G2 bukan tim yang awalnya dijagokan. Banyak yang menganggap mereka masih dalam masa transisi setelah perubahan roster. Tapi pelan-pelan, mereka menunjukkan:

  1. Stabilitas performa
  2. Kreativitas dalam strategi
  3. Mental juara dalam situasi sulit

Dan sekarang, mereka hanya selangkah lagi dari gelar Valorant Masters pertama mereka.

Langkah Lagi, G2!

Kemenangan atas EDG bukan hanya kemenangan teknis. Ini adalah simbol transformasi G2 — dari tim yang dulu sering dipandang sebelah mata, menjadi salah satu tim paling komplet dan berbahaya di skena Valorant global.

Dengan chemistry yang solid, pemain bintang yang konsisten, dan pendekatan taktik yang matang, G2 siap menantang siapa pun di grand final.

Akankah mereka mengangkat trofi di Bangkok? Ataukah lawan dari lower bracket akan menjadi batu sandungan terakhir?

Yang pasti, semua mata kini tertuju pada OXY dan kawan-kawan. Karena kini, trofi Masters hanya sejauh satu kemenangan lagi.

Dinda Putri

Dinda Putri adalah seorang psikolog klinis dengan dedikasi tinggi dalam membantu individu untuk mencapai kesejahteraan mental. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Psikologi di Universitas Indonesia, Dinda melanjutkan studi S2 di Universitas Padjadjaran. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan komitmen terhadap kesejahteraan mental, Dinda telah memberikan kontribusi signifikan di bidang psikologi klinis di Indonesia.