EWC Pecahkan Rekor Prize Pool Event Esports US$70 Juta

Duniaesports.com – Dunia esports kembali mencetak sejarah. Esports World Cup (EWC) 2025, turnamen multi-game global yang digelar di Riyadh, Arab Saudi, secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan menyediakan prize pool terbesar sepanjang sejarah esports — mencapai US$70 juta (sekitar Rp1 triliun lebih). Jumlah fantastis ini menjadikan EWC bukan hanya sebagai kompetisi bergengsi, tetapi juga simbol dominasi Arab Saudi dalam membentuk masa depan industri esports global.

 

Pengumuman ini sontak mengguncang komunitas esports internasional. Para penggemar, pemain profesional, organisasi esports, hingga sponsor besar bereaksi atas angka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai perbandingan, The International (Dota 2) pada puncaknya “hanya” mencapai US$40 juta, dan Fortnite World Cup 2019 yang sebelumnya memegang rekor terbesar mencapai US$30 juta.

 

Dengan angka yang nyaris dua kali lipat dari pendahulunya, EWC 2025 bukan hanya menciptakan sejarah — ia meredefinisi standar dalam dunia esports.

Prize Pool Event

Apa Itu EWC?

 

Esports World Cup (EWC) adalah kompetisi esports skala internasional yang diselenggarakan oleh Esports World Cup Foundation, bagian dari strategi besar Arab Saudi dalam mengembangkan sektor hiburan dan olahraga digital melalui Saudi Vision 2030.

 

EWC menggantikan event sebelumnya yang dikenal sebagai Gamers8, dan hadir sebagai festival esports multi-title terbesar di dunia. Turnamen ini mempertemukan berbagai game populer dalam satu panggung — dari MOBA, FPS, battle royale, hingga olahraga virtual. Selain kompetisi, EWC juga menghadirkan konser, konferensi, dan festival budaya gaming yang bertujuan menjadikan Riyadh sebagai ibu kota esports dunia.

 

Rincian Prize Pool Fantastis: US$70 Juta

 

Dalam konferensi pers yang digelar pada akhir April 2025, panitia EWC mengumumkan secara resmi bahwa prize pool total akan mencapai US$70 juta, terdiri dari:

 

  • Prize pool kompetisi game per judul – Sekitar US$45 juta, dialokasikan untuk berbagai game yang dipertandingkan. Masing-masing game akan memiliki prize pool berbeda, tergantung tingkat partisipasi dan popularitas.
  • Bonus organisasi terbaik (Club Championship) – Sekitar US$20 juta dialokasikan untuk organisasi esports yang tampil konsisten di banyak cabang game. Ini mendorong partisipasi multi-game dari klub esports ternama.
  • Bonus individu (MVP & Creator Awards) – Sekitar US$5 juta diberikan untuk pemain terbaik, MVP, dan kreator konten yang berkontribusi dalam kampanye promosi EWC.

 

Angka ini tidak hanya menjadikan EWC sebagai event esports dengan hadiah terbesar sepanjang masa, tetapi juga sebagai pionir dalam sistem reward menyeluruh — dari individu hingga organisasi.

 

Game yang Dipertandingkan di EWC 2025

 

EWC 2025 akan mempertandingkan 19 judul game, meliputi genre populer dan franchise ternama. Beberapa game yang telah dikonfirmasi antara lain:

 

  • Dota 2
  • Counter-Strike 2
  • League of Legends
  • PUBG & PUBG Mobile
  • Free Fire
  • Honor of Kings
  • Mobile Legends: Bang Bang (MLBB)
  • Fortnite
  • Call of Duty: Warzone
  • EA FC 24
  • Street Fighter 6
  • Overwatch 2
  • Rainbow Six Siege

 

Setiap judul akan memiliki turnamen tersendiri dengan sistem kualifikasi regional dan undangan langsung. Dengan sistem bracket kompetitif dan tayangan kelas dunia, turnamen ini akan ditayangkan secara global melalui platform seperti YouTube, Twitch, dan Kick.

 

Dukungan Finansial dan Strategi Arab Saudi

 

Kehadiran prize pool senilai US$70 juta tentu tidak lepas dari dukungan finansial Pemerintah Arab Saudi melalui Savvy Games Group, anak usaha dari Public Investment Fund (PIF). Savvy sebelumnya telah mengakuisisi ESL dan FACEIT, dua entitas esports raksasa dunia, serta melakukan investasi miliaran dolar ke berbagai game publisher dan studio.

 

Langkah-langkah ini adalah bagian dari Saudi Vision 2030, di mana Arab Saudi ingin mendiversifikasi ekonominya dan menjadikan sektor hiburan, digital, dan olahraga sebagai pilar baru ekonomi nasional. Esports dinilai sebagai medium paling efektif untuk menarik generasi muda global dan mengubah persepsi negara di mata internasional.

 

Menurut CEO Esports World Cup Foundation, Faisal bin Bandar bin Sultan, prize pool ini mencerminkan komitmen nyata Saudi untuk memimpin ekosistem esports dunia:

 

“Kami tidak hanya ingin menjadi tuan rumah. Kami ingin membentuk masa depan esports. US$70 juta adalah investasi dalam bakat, komunitas, dan masa depan industri ini.”

 

Reaksi Komunitas: Antusiasme dan Pertanyaan

 

Berita soal prize pool US$70 juta ini langsung memicu gelombang reaksi di komunitas esports global. Sebagian besar merespons dengan antusiasme besar, terutama dari pemain profesional dan organisasi yang kini melihat potensi pendapatan lebih besar dari kompetisi.

 

Komentar pemain dan komunitas:

 

  • S1mple (CS2 pro player): “US$70M? Gila. Sekarang tim mana pun akan mati-matian buat masuk EWC. This changes everything.”
  • Blacklist International (MLBB): “Kami siap ke Riyadh dan bawa bendera SEA. Prize pool-nya gila, tapi lebih penting lagi, ini ajang pembuktian.”
  • Reddit r/esports: Banyak diskusi muncul, mulai dari pembagian hadiah, transparansi penyelenggaraan, hingga tantangan logistik acara sebesar ini.

 

Namun, tidak sedikit juga yang mempertanyakan kelanjutan dampak jangka panjang. Apakah hadiah besar ini akan menciptakan ekosistem yang sehat? Atau justru memicu ketimpangan antara EWC dan turnamen lainnya?

 

Tantangan dan Kontroversi

 

Di balik gebyar hadiah fantastis, EWC juga tak lepas dari sejumlah tantangan dan kontroversi:

 

  1. Overdominasi Arab Saudi dalam industri esports?

Beberapa pihak mengkhawatirkan konsolidasi kekuasaan yang terlalu besar dari satu negara, terutama karena banyak turnamen besar kini mulai bergeser ke Riyadh. Apakah ini menguntungkan industri global atau justru mengancam keberagaman ekosistem esports?

 

  1. Isu hak asasi dan reputasi negara

Sebagian pengamat dan aktivis menyoroti penggunaan “soft power” oleh Arab Saudi untuk memperbaiki citra globalnya. Ini disebut sebagai bagian dari praktik “esportswashing,” di mana olahraga digital digunakan untuk menutupi isu-isu hak asasi manusia.

 

  1. Sustainabilitas prize pool tinggi

Banyak yang bertanya apakah model prize pool sebesar ini bisa bertahan dalam jangka panjang atau hanya langkah “one-off” untuk menciptakan sensasi.

 

Meski begitu, secara umum, pelaku industri tetap menyambut positif karena skala investasi ini diyakini bisa menarik sponsor baru, meningkatkan standar event, dan memperluas jangkauan pasar esports.

Berita Terkini :

Dampak Global: Re-definisi Nilai Kompetisi

 

Hadirnya EWC dengan hadiah US$70 juta tak hanya berdampak pada partisipan langsung, tetapi juga pada industri esports secara menyeluruh:

 

  • Tim esports kini berlomba untuk multi-divisi agar bisa meraih poin di banyak game sekaligus.
  • Publisher game lebih tertarik bermitra dengan EWC, karena eksposur global dan insentif besar.
  • Pemain muda makin tertarik menekuni esports, karena potensi hadiah yang kian besar dan karier profesional lebih menjanjikan.

 

Beberapa analis bahkan menyebut bahwa EWC bisa menjadi “Olimpiade esports” jika konsisten digelar tiap tahun dengan standar tinggi dan fair play.

 

EWC dan Masa Depan Esports

 

Dengan prize pool mencapai US$70 juta, Esports World Cup 2025 bukan sekadar turnamen — tapi pernyataan bahwa esports telah memasuki era baru. Era di mana turnamen digital bisa menandingi, bahkan melampaui, ajang olahraga konvensional dalam hal hadiah, penonton, dan pengaruh global.

 

Arab Saudi melalui EWC mengambil langkah besar untuk memimpin industri ini, baik melalui investasi, infrastruktur, maupun skala penyelenggaraan. Apakah ini akan membawa kemajuan atau menciptakan tantangan baru dalam ekosistem global, waktu yang akan membuktikan.

 

Satu hal yang pasti: esports tidak lagi dipandang sebelah mata. Ini adalah industri masa depan. Dan EWC adalah panggung utamanya.

 

Dinda Putri

Dinda Putri adalah seorang psikolog klinis dengan dedikasi tinggi dalam membantu individu untuk mencapai kesejahteraan mental. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Psikologi di Universitas Indonesia, Dinda melanjutkan studi S2 di Universitas Padjadjaran. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan komitmen terhadap kesejahteraan mental, Dinda telah memberikan kontribusi signifikan di bidang psikologi klinis di Indonesia.