Freja Terlalu OP di Overwatch 2 Season 16, Blizzard Malah Lontarkan Buff: Meta Rusak?

Duniaesports.com – Sejak dirilisnya Overwatch 2 Season 16, komunitas kompetitif game ini kembali memanas. Bukan karena event kosmetik atau map baru, melainkan karena kehadiran Freja, hero support terbaru yang justru menciptakan perdebatan sengit. Dalam hitungan minggu sudah dipandang sebagai hero paling overpowered (OP) dalam sejarah Overwatch 2—dan anehnya, bukan mendapat nerf, melainkan buff dari Blizzard dalam patch terbaru.

 

Keputusan tersebut langsung disambut dengan kontroversi besar. Komunitas mempertanyakan arah balancing yang diambil oleh Blizzard, bahkan para pro player pun mulai bersuara, menyebut bahwa meta kompetitif saat ini mulai tidak sehat akibat dominasi.

 

Apa sebenarnya yang membuat Freja begitu kuat? Mengapa Blizzard justru memberikan buff? Dan seberapa besar pengaruh hero ini terhadap ekosistem gameplay di Season 16? Mari kita kupas secara mendalam.

Overwatch 2

Siapa Itu Freja? Support Hybrid yang Punya Segalanya

 

Freja diperkenalkan sebagai support hybrid dengan kemampuan unik yang menggabungkan sustain healing, damage burst, dan mobilitas tinggi. Berlatar dari Skandinavia hadir dengan desain bergaya cyber-Valkyrie, lengkap dengan senjata bertenaga bio-plasma dan drone penyembuh otomatis.

 

Inilah kit utama Freja:

 

  • Primary Fire – Bio Lance

 

Menembakkan proyektil lurus dengan damage moderate. Menyentuh musuh memberikan efek slow singkat, menyentuh teman menyembuhkan HP dalam jumlah kecil.

 

  • Secondary – Vortex Field

 

Area berbentuk lingkaran yang menciptakan zona anti-projectile selama 3 detik. Cocok melawan hero seperti Sojourn, Hanzo, atau Cassidy.

 

  • Ability 1 – Skyward Dash

 

Lompatan vertikal tinggi dengan cooldown pendek (6 detik), memungkinkan reposition cepat dan melarikan diri dari dive.

 

  • Ability 2 – Valkyric Beacon

 

Drone penyembuh otomatis yang menempel pada satu rekan tim, memberikan heal sebesar 30 HP/s selama 8 detik. Dapat dilempar dari jarak jauh.

 

  • Ultimate – Aurora Core

 

Freja menyalakan inti Valkyric miliknya, memberikan efek area: semua teman dalam radius 20 meter mendapat 100 HP langsung dan imun terhadap efek CC selama 6 detik.

 

Dari kombinasi ini saja terlihat jelas: Freja punya utilitas, mobility, sustain, bahkan counter CC. Sebuah paket yang terlalu lengkap untuk ukuran hero support, yang biasanya harus mengorbankan satu aspek untuk menonjolkan lainnya.

 

Statistik Tak Bohong: Freja Mendominasi

 

Dalam laporan data dari Overbuff dan datamine komunitas Reddit OWComp mencatat statistik mengejutkan di minggu kedua Season 16:

 

  • Pick rate di Competitive (GM dan Top 500): 89.3%
  • Win rate: 63.7%
  • Top 3 hero dengan assist per 10 menit tertinggi.
  • Top 2 support dengan kill participation tertinggi, hanya di bawah Kiriko.
  • Ini bukan sekadar popularitas biasa. Ini dominasi mutlak.

 

Banyak pemain mengakui bahwa kombo Skyward Dash dan Valkyric Beacon memungkinkan selamat dari dive sambil tetap menyembuhkan tim, sementara Vortex Field membuat projectile DPS hampir tidak berguna di area tertentu.

 

Blizzard Justru Buff: Apa yang Terjadi?

 

Pada patch 16.1 yang dirilis seminggu lalu, komunitas berharap Blizzard akan memberikan nerf keseimbangan pada Freja, seperti peningkatan cooldown atau pengurangan radius ultimate.

 

Namun alih-alih nerf, Blizzard justru mengumumkan buff berikut:

 

  • Bio Lance: Healing pada rekan tim ditingkatkan dari 45 → 55
  • Valkyric Beacon: Durasi diperpanjang dari 8 → 9 detik
  • Skyward Dash: Cooldown dikurangi dari 6 detik → 5 detik (!)

 

Keputusan ini sontak menuai reaksi keras dari berbagai kalangan. Komentar di forum resmi Blizzard dan subreddit r/Overwatch dipenuhi sindiran tajam:

 

  • “Freja bukan cuma OP, dia literally Thanos sekarang,” – @DPSMain93
  • “Kita punya Mercy yang bisa terbang, Baptiste yang bisa hidupin semua, dan sekarang yang jadi malaikat maut. GG.” – @ZenCrisis

 

Bahkan beberapa pemain profesional menyuarakan kekhawatiran mereka. Fleta, mantan MVP Overwatch League, menyebut Freja sebagai “hero support dengan potensi carry lebih tinggi dari beberapa DPS.”

 

Blizzard Angkat Bicara: “Kami Ingin Data Lebih Luas”

 

Menanggapi kontroversi ini, pihak Blizzard akhirnya merilis pernyataan resmi dalam Developer Blog:

 

“Kami menyadari performa sangat kuat dalam tier atas. Namun di tier menengah dan bawah, kami melihat bahwa sebagian besar pemain belum sepenuhnya memahami potensi hero ini. Buff kali ini bertujuan membuat Freja lebih inklusif, tanpa mengubah nature-nya yang kompetitif. Kami terus memantau data dan akan melakukan penyesuaian jika diperlukan.”

 

Dengan kata lain, Blizzard melihat sebagai hero dengan skill ceiling tinggi, dan mereka ingin memberinya waktu lebih sebelum menyeimbangkan ulang. Namun pendekatan ini dinilai berbahaya, karena ekosistem ranked dan profesional bisa rusak dalam hitungan minggu jika balancing lambat dilakukan.

 

Efek Domino Terhadap Meta Season 16

 

Keberadaan Freja yang sangat kuat telah mengubah komposisi tim di semua tier, terutama di level tinggi. Kombinasi Freja + Winston/D.Va dan Freja + Sojourn menjadi dominan di ranked dan scrim profesional. Hero-hero support lain seperti Ana, Moira, bahkan Lucio, mulai ditinggalkan.

 

Berikut efek konkret terhadap meta:

 

  • Dive lebih mudah dilakukan karena bisa keluar dengan Dash kapan saja
  • Zona anti-projectile membuat hero seperti Hanzo, Widowmaker, Cassidy tidak efektif
  • DPS high burst seperti Echo dan Genji jadi sangat diuntungkan karena sustain Freja
  • Hero support lain tak bisa bersaing karena nyaris tak punya “celah lemah”

 

Dalam satu minggu, ekosistem Overwatch 2 berubah drastis. Komunitas menyebut ini sebagai “Frejameta”, karena semua draft dan komposisi tim kini dibangun di sekeliling keberadaan Freja.

 

Solusi yang Diharapkan Komunitas

 

Banyak usulan dari komunitas untuk menyeimbangkan tanpa menghapus identitasnya. Beberapa ide yang populer antara lain:

 

  • Cooldown Dash dinaikkan jadi 7 detik
  • Pengurangan efek Vortex Field terhadap projectile sebesar 50%, bukan 100%
  • Radius Ultimate dikurangi
  • Healing dari drone (Beacon) hanya aktif jika dalam line of sight

 

Tujuannya bukan untuk membuat Freja lemah, tapi agar dia tak menjadi support auto-pick yang menghancurkan variasi strategi.

 

Freja dalam Esports: Pick Rate 100% di Scrim Tier 1

 

Bukan cuma ranked, efek dominasi juga terasa di ranah profesional. Beberapa tim Overwatch League seperti Dallas Fuel dan Seoul Infernal dilaporkan memasukkan ke setiap scrim mereka sejak patch keluar. Bahkan kombo “Aurora Dive” (Winston dive dibarengi ultimate Freja) disebut sebagai taktik paling efektif saat ini.

 

Jika Blizzard tidak bertindak cepat, bukan tidak mungkin turnamen-tier besar akan dipenuhi mirror match Freja vs Freja—sebuah situasi yang mengingatkan pada era “GOATS comp” atau “Double Shield” yang dulu sangat dibenci komunitas.

Baca Juga :

Ketika Hero Baru Terlalu Baik untuk Ditekan

 

Freja datang sebagai hero support yang menarik, kompleks, dan menyenangkan. Namun kombinasi kemampuan bertahan, menyerang, dan menyembuhkan yang terlalu lengkap menjadikannya ancaman bagi keseimbangan permainan.

 

Alih-alih menyeimbangkan, Blizzard justru memberikan buff atas nama inklusivitas bagi tier bawah. Sayangnya, ini mengorbankan ekosistem di tier atas dan dunia profesional.

 

Jika tidak segera dikoreksi, Freja bisa menjadi simbol bagaimana balancing hero baru di Overwatch 2 mulai keluar dari jalurnya—mendahulukan gimmick ketimbang keberlanjutan gameplay.

 

Musim masih panjang, tapi satu hal jelas: komunitas ingin solusi, bukan retorika. Dan hingga saat itu tiba, sepertinya kita harus siap menghadapi era Freja di setiap match.

 

Dinda Putri

Dinda Putri adalah seorang psikolog klinis dengan dedikasi tinggi dalam membantu individu untuk mencapai kesejahteraan mental. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Psikologi di Universitas Indonesia, Dinda melanjutkan studi S2 di Universitas Padjadjaran. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan komitmen terhadap kesejahteraan mental, Dinda telah memberikan kontribusi signifikan di bidang psikologi klinis di Indonesia.