Pendapat TenZ Tentang META VALORANT: Terlalu Banyak Utility?

Duniaesports.com – Komunitas META VALORANT kembali memanas menyusul komentar blak-blakan dari bintang Sentinels, Tyson “TenZ” Ngo, mengenai kondisi META (Most Effective Tactic Available) permainan saat ini. Dalam sesi live stream dan wawancara setelah turnamen internasional terakhir, TenZ mengungkapkan kegelisahannya terhadap gameplay VALORANT yang menurutnya semakin didominasi oleh utility, bukan skill murni mekanik seperti aim atau positioning.

 

Komentar ini langsung memicu debat besar di kalangan fans, pro player, analis, hingga developer. Apakah benar VALORANT sekarang terlalu bergantung pada kemampuan utility tiap Agent? Ataukah ini memang arah alami dari game yang memadukan taktikal dan hero shooter?

 

Mari kita bahas lebih dalam pandangan TenZ, analisa komunitas, serta dampaknya terhadap perkembangan kompetitif dan casual META VALORANT.

TenZ is the most visited VALORANT player on Liquipedia in 2024

 

Siapa TenZ dan Kenapa Pendapatnya Penting?

 

TenZ bukan sekadar pro player biasa. Pemain asal Kanada ini dikenal sebagai salah satu mekanik terbaik di dunia, dengan aim presisi dan movement yang mengesankan. Sejak awal VALORANT, ia sudah menjadi ikon permainan agresif dan flashy—ikon Duelist yang tak hanya mengandalkan strategi tim, tapi juga insting dan mekanik tingkat tinggi.

 

Sebagai juara Masters Reykjavik 2021 bersama Sentinels, dan salah satu wajah paling populer di komunitas VALORANT, pendapat TenZ memiliki bobot besar, baik di kalangan fans maupun developer Riot Games.

 

Kritik TenZ: “Utility Terlalu Menumpuk”

 

Dalam salah satu stream-nya, TenZ berkata:

 

“VALORANT sekarang terasa lebih kayak game lempar-lemparan utility. Kamu masuk site? Mesti ngelewatin molly, smoke, flash, alarm bot, turret, dan trap semua dalam satu waktu. Kadang saya mikir, ini FPS atau simulator utility?”

 

Ia menambahkan bahwa dengan meta seperti ini, pemain yang punya aim hebat kadang tidak bisa menunjukkan potensi maksimal karena terlalu banyak hambatan dari kemampuan agent lawan, bahkan sebelum kontak visual terjadi.

 

Menurut TenZ, permainan sekarang lebih didominasi oleh tim yang pintar mengatur kombinasi utility, bukan oleh siapa yang punya mekanik lebih baik atau keputusan individu yang cepat.

 

Contoh Nyata: Agent dengan Utility Dominan

 

Beberapa agent yang dianggap berkontribusi pada “meta utility overload” ini antara lain:

 

  • Killjoy: Turret, Alarmbot, Nanoswarm (molotov area)
  • Cypher: Tripwire dan Camera
  • Fade: Haunt dan Prowler yang membuat entry jadi horor
  • Astra: Gravity Well dan Nova Pulse memaksa posisi musuh
  • Viper: Wall + molly combo yang bisa memblok satu site penuh
  • Gekko dan Skye: Flash berulang kali dan deteksi musuh dengan mudah

 

Gabungan dari semua itu membuat beberapa site—terutama di map seperti Lotus atau Bind—terasa hampir tidak bisa ditembus tanpa terlebih dulu membakar semua utility lawan atau menunggu cooldown habis.

 

Apa Dampaknya ke Gaya Bermain?

 

Karena banyaknya utility di medan perang, gaya bermain pun ikut bergeser:

 

  • Duelist jadi kurang relevan di beberapa map, kecuali Raze atau Jett yang punya mobility ekstrem
  • Permainan jadi lambat dan berhati-hati, karena banyak trap yang bisa menghukum agresi
  • Clutch play berkurang, karena pemain yang sendirian akan dibanjiri informasi dan skill musuh
  • Pengambilan keputusan lebih ke arah “wait utility cooldown” daripada entry atau retake cepat

 

TenZ mengeluhkan bahwa VALORANT kini terasa kurang “organik” dan lebih seperti pertandingan strategi berbasis waktu, bukan pertarungan mekanik refleks seperti CS:GO atau Apex Legends.

 

Reaksi Komunitas: Pro dan Kontra

 

Komentar TenZ langsung viral di media sosial. Ada dua kubu besar dalam perdebatan ini:

 

  • Yang Setuju dengan TenZ:

 

  1. Fans old-school FPS: Mereka merindukan duel langsung, bukan pertempuran yang dipenuhi flash dan trap
  2. Pemain solo queue: Utility overload membuat sulit untuk carry karena susah outplay 1 vs 3
  3. Beberapa pro player: Derke (Fnatic), yay (mantan OpTic), dan ScreaM juga pernah mengkritik gaya bermain yang terlalu berat di utility

 

  • Yang Tidak Setuju:

 

  1. Penganut taktik: Mereka menganggap utility adalah bagian dari identitas VALORANT sebagai hero-tactical shooter
  2. Caster dan analis: Beberapa menyebut bahwa strategi tim dan synergy adalah bagian dari skill, bukan sekadar tembakan akurat
  3. Pemain support: Utility justru memberi ruang bagi role-role non-duelist untuk bersinar

 

Pendapat Developer Riot Games

 

Riot Games sebagai developer belum secara resmi menanggapi komentar TenZ, tapi dalam beberapa Q&A dev sebelumnya, mereka memang mengatakan bahwa mereka ingin VALORANT “tetap jadi perpaduan antara mekanik dan tactical play.”

 

Namun Riot juga menyebut bahwa mereka terus memonitor agent pick rate, win rate, dan feedback komunitas, termasuk di tier atas kompetitif dan turnamen.

 

Apakah ini berarti akan ada penyesuaian utility ke depan? Belum tentu. Tapi jelas komentar seperti dari TenZ akan masuk radar mereka.

 

Potensi Solusi dan Harapan TenZ

 

TenZ sendiri tidak mengatakan bahwa semua utility harus dihapus. Tapi ia berharap ada penyesuaian skala terhadap beberapa aspek:

 

  • Cooldown diperpanjang untuk utility tertentu
  • Jumlah skill aktif dikurangi, misal turret + molly + alarmbot terasa terlalu banyak untuk satu Agent
  • Map design disesuaikan, agar utility tidak terlalu mendominasi satu site
  • Reward untuk duel menang lebih besar, bukan langsung dihukum utility kedua/ketiga

 

“Saya cinta VALORANT, dan saya rasa ini game yang luar biasa. Tapi kita juga butuh tetap menjaga keseimbangan antara strategy dan action,” kata TenZ.

 

Apa Dampaknya di Turnamen Pro?

 

META utility yang padat ini juga berdampak besar di skena profesional:

 

  • Durasi round lebih panjang, kadang mendekati timer habis baru masuk
  • Lebih banyak post-plant setup, dengan combo molly + delay + informasi
  • Pemilihan agent lebih ke arah support/initiator, duelists makin langka
  • Highlight individu berkurang, gameplay jadi fokus ke eksekusi tim

 

Tim-tim seperti Fnatic, Paper Rex, dan LOUD mulai bereksperimen untuk menyeimbangkan META ini, tapi tidak semua tim punya pemain dengan fleksibilitas agent yang cukup untuk melawan utility-heavy comps.

 

Haruskah VALORANT Balik ke Aim vs Aim?

 

Pertanyaan ini cukup kontroversial. META VALORANT sejak awal memang didefinisikan sebagai campuran taktik dan mekanik, bukan seperti CS yang murni aim-based. Tapi menurut banyak pemain seperti TenZ, porsi tactical saat ini sudah terlalu dominan, sehingga mengurangi ruang improvisasi individu.

 

Mungkin bukan soal “balik ke aim”, tapi mencari keseimbangan ulang agar setiap role—baik duelist, controller, initiator, maupun sentinel—punya kesempatan bersinar tanpa harus mendominasi lewat skill aktif yang spammy.

Baca juga :

Suara Penting dari Pemain Bintang

 

Komentar TenZ tentang META VALORANT bukan sekadar curhatan pemain frustrasi. Ini adalah sinyal penting dari pemain papan atas yang mewakili sebagian besar pemain profesional dan komunitas kompetitif.

 

Apakah utility adalah masalah? Tidak juga, selama digunakan secara bijak dan terukur. Namun ketika satu site harus dihadapi dengan 6-8 utility dalam 3 detik, maka pertanyaannya valid: apakah VALORANT masih tentang duel dan clutch, atau hanya soal kombo skill dan delay waktu?

 

TenZ berharap Riot mendengar, dan begitu pula komunitas. Karena pada akhirnya, game yang sehat adalah game yang menantang semua skill—bukan hanya siapa yang bawa molly lebih dulu.

 

Dinda Putri

Dinda Putri adalah seorang psikolog klinis dengan dedikasi tinggi dalam membantu individu untuk mencapai kesejahteraan mental. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Psikologi di Universitas Indonesia, Dinda melanjutkan studi S2 di Universitas Padjadjaran. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan komitmen terhadap kesejahteraan mental, Dinda telah memberikan kontribusi signifikan di bidang psikologi klinis di Indonesia.